Sabtu, 09 Mei 2020

Melatih anak berbisnis, bolehkah ?




Sekilas kita melihat bagaimana sosok tauladan kita, nabi Muhammad SAW, disaat sebelum menjadi seorang Nabi, beliau pernah berdagang  diawali sejak usianya masih 12 tahun bersama pamannya Abu Thalib ke negeri Syiam. Perjalanan bisnis berikutnya ke Syiria, Jordan dan Lebanon

Berjualan atau lebih di kenal dengan berbisnis tidak ada salahnya di latih sejak anak-anak. Karena saat kita mengajarkan pada mereka berjualan pada dasarnya kita sedang melatih mental dengan kelompok kecerdasan emosional (EQ, Emotional Quoetient). Bagaimana saya kelompokkan pada kecerdasan emosional, karena di dalamnya di tuntut belajar keshabaran dalam berusaha dan shabar sampai pada mendapatkan keuntungan atau hanya kembali modal. Selain itu juga didalamnya terdapat nilai-nilai kejujuran dan kejujuran merupakan kecerdasan tingkat atau level berikutnya yaitu kelompok kecerdasan spiritual (SQ, Spirituality Quetient) dimana saat memproses baik itu memproduksi bahan atau jasa yang akan dikerjakan dibiasakan untuk diawali dengan membaca basmalah dan saat digunakannya harus berkategori bahan halal, demikian dalam bertransaksi harus di jauhkan dari kebohongan. Dan itu semua dilakukan semata karena ingin mendapatkan ridho Allah SWT, dimana Allah seakan melihat dan memperhitungkan baik dan buruknya dari niat, proses dan hasil ahir berbisnis tersebut.
Bagaimana dengan kecerdasan intelektualnya (IQ, Intelectuality Quetotient) ? Ya, sudah barang tentu kecerdasan intelektual dilatih bagaimana perhitungan antara pembelian bahan/jasa yang di keluarkan, serta berapa biaya proses, berapa biaya pemasaran baik langsung maupun via online dengan mengeluarkan pulsa atau quota, dan berapa barang/jasa yang sudah jadi tersebut harus di jual sehingga tidak mengalami kerugian. Disini kecerdasan intelektual harus dilatih dengan sedikit konsep matematika dan perhitungan ekonomi untung dan ruginya.

Saya sebagai orang tua melatih mereka sejak masih duduk di bangku SMA.

Saya sebut saja Putri dan Salma, kakak dan adik. Putri yang saat ini sedang menyelesaikan kuliah tingkat ahir jurusan Teknik Pangan dan  Salma pada jurusan Desain Produk tingkat 2, mereka di kampus yang sama, liburan saat ini karena harus di rumah saja, karena adanya wabah Covid 19, walaupun demikian mereka tetap mengikuti kuliah jarak jauh (online), namun mereka merasakan kurang produktif jika hanya diam di sela-sela kesibukan kuliah online tersebut, untuk itu mereka mencoba mengingat masa SMA disaat itu diajarkan bagaiman berbisnis. Alhamdulillah, dengan pengetahuan bisnis dan keilmuan yang di dapat dari perkuliahan saat ini di realisasikan berdua dengan memulainya berbisnis memproduksi kue soft cookies
 





Kemasan di desain oleh Salma dan racikan menu kue di buat oleh Putri.
Alhamdulillah, saya sebagai orang tua ikut bersyukur, karena mereka mampu berkreasi dan produktif dalam mengaplikasikan hasil dari perkuliahannya. Bahkan saya sebagai orang tua ikut membantu dalam memasarkannya.

Namun sebagai catatan saya sebagai orang tua, menitikberatkan belajar atau kuliah jangan sampai terganggu, sedangkan bisnis hanya sebagai pengisi luang waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRUE STORY "Guru Tidur di Toilet Sekolah", kok ada ya?

Beberapa tahun yang silam, tepatnya sekitar tahun 1993, ada seorang guru yang masih muda belia, namun penuh semangat dan ingin berkiprah men...