Beberapa tahun yang silam, tepatnya sekitar tahun 1993, ada seorang guru yang masih muda belia, namun penuh semangat dan ingin berkiprah mengabdi pada negeri. Sebut saja guru tersebut, mr-X. Dimana mr-X saat kuliah mengambil jenjang ikatan dinas, dan dia di tempatkan di SMAN Mandirancan Kab.Kuningan sebagai guru fisika.
Saat itu mr-X tinggal di tempat kost di salah satu daerah yang bernama Tajur Buntu, namun hanya bertahan lebih kurang 4 bulan lamanya, sehubungan pemilik rumah merasa kerepotan, sehubungan istrinya hendak melahirkan. Ahirnya mr-X pindah kost ke daerah Caracas Cilimus, dan di tempat tesebut juga tidaklah lama, sekitar 3 bulan lamanya, sehubungan pemilik rumah meminta maaf, sehubungan rumahnya hendak di jual ke orang lain, dan ahirnya mr-X pindak tempat lagi, namun tidak begitu jauh, dan sama seperti sebelumnya, di rumah ke tiga ini, pemilik rumahnya hendak ke Jakarta untuk mengasuh cucunya.
Sehubungan merasa bosan dengan pindah dan pindah tempat kost, Mr+x memilki inisiatif untuk tidak kost, dan cukup tidur di ruang kerja guru, dengan menjajarkan beberapa kursi sebagai tempat tidurnya.
Di sekolah tersebut ada dua orang karyawan laki-laki yang masih muda-muda, dan mereka menawarkan untuk tidur di kamarnya dan mr-X pun agak bingung dengan di tawarin tidur di kamar karyawan penjaga sekolah tersebut. Mr-X bingung karena kamarnya adalah sebuah toilet (maaf, kamar kecil atau wc) yang sudah tidak terpakai. Ya, mr-X berpikir 1000x, akhirnya mengiyakan, dan karyawan tersebut, membuatkan tempat tidur dua tingkat (sejenis ranjang bertingkat), dengan bentuk yang sangat sederhana di dalam toilet sekolah.
Bisa dibayangkan sebuah toilet yang berukuran 2x1,5 m di isi oleh tiga orang, seorang guru dan dua orang karyawan, dengan posisi mr-X di papan dipan bagian bawah beralaskan kasur buatan orang tua karyawan, sedangkan dua orang karyawan di papan dipan bagian atas, jadi bentuk tempat tidurnya mirip ranjang anak+anak dua tingkat, namun di dalam toilet.
Di sekolah tersebut juga belum ada penerangan listrik PLN dan juga belum ada sumber air PDAM,maupun sumur buatan, dikarenakan pembuatan sumur di daerah tersebut cukup sulit karena banyak bebatuan.
Ya mr-X pun kalau mau mandi di sumber air berupa kolam dipinggir jalan di dekat sekolah tersebut, kolam terbuka, yang di sekitarnya banyak pepohonan besar dan tinggi-tinggi. Mr-X, menikmati perjalanan hidupnya, merasakan yang bisa dibilang pahit tetapi karena menikmatinya, rasa pahit pun jadi terasa manis, dengan alasan bahwa pasti perjalanan yang ia lalui akan mengumpulkan bahan cerita untuk bisa di ceritakan kelak untuk anak dan cucunya.
Ya, itulah True Story' mr-X, seorang guru di salah satu sekolah di Mandirancan Kabupaten Kuningan.
Apa yang bisa diambil hikmah dari true story mr-X tersebut ?
Tiada lain dalam keadaan apapun mr-X mau menerima keadaan sejauh tidak membahayakan, bahkan perjalanan hidupnya di buat selalu menyenangkan, seakan bahwa dalam perjalanan hidupnya akan mengumpulkan banyak cerita untuk suatu saat kelak bagi anak cucunya.
Dengan penuh keyakinan dan optimis bersandar pada iradah-Nya Allah SWT, bahwa cerita tersebut akan berakhir jika terus berusaha dan yakin bahwa Allah akan mengubah ceritanya jika hamba-Nya berusaha untuk Move On (melakukan perubahan). Dimana seseorang bisa Move On, apabila diawali dengan niat dan komitmen, kemudian bangun, duduk, terus berdiri dan kemudian berlari, action
Ya itulah sekilas true story dari mr-X, yang saat ini mr-X sedang mengakhiri tulisan true story di rumah Lemt ini.
Mr-X, ya saya sendiri, Asep Sopandi
Semoga bermanfaat dan jadi bahan renungan dalam menjalani hidup ini.
Yakinilah bahwa Allah bersama hamba-Nya yang meyakini kebaradaan Allah SWT. kapanpun dan dimanapun.